Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Kajian Asmaul Husna (Al-Wadud)


Kajian Asmaul Husna (Al-Wadud)
Pentingnya Memahami Asmaul Husna Al-Wadud
Ditulis oleh: Rahmi, S.Pd.I

Asma Allah Al-Wadud berasal dari kata wadda yang terambil dari akar kata yang terdiri dari huruf wawu dan dal berganda, yang mengandung makna “cinta” dan “harapan”. Kata Al-Wadud secara bahasa dapat diartikan al-mahabbah (kecintaan) menurut Imam Ibnu Faris dan Ibnul Atsir. Kata Al-wadd juga dapat diartikan bahwa Allah yang mencintai, artinya Allah mencintai hamba yang senantiasa beramal shaleh dan mereka pun mencintai Allah. 

Oleh karena itu dapat diambil kesimpulan bawa Al-Wadud dapat diartikan Allah yang Maha Mencintai dan dicintai. Maksudnya adalah Allah mencintai Para Malaikat,Para Nabi dan seluruh hamba yang beriman kepadanya dan Hamba-Nya juga sangat mencintai Allah bahkan melebihi cintanya kepada selainnya. Mereka mencintai Allah melebihi dari segala sesuatu yang ada di dunia ini, sehingga hati mereka dipenuhi dengan kecintaan kepada Allah, lidah mereka selalu mengucapkan pujian bagi Allah dan jiwa mereka selalu tertuju kepada Allah dalam kecintaan, keikhlasan dan kembali kepada Allah dalam setiap keadaan. Al-Wadud adalah cinta istimewa yang mampu melapangkan dan mengosongkan dada dari segala keburukan. 

Al-Wadud sebagai nama Allah dalam Al-Qur`an disebutkan dua kali, yaitu dalam surat Hud ayat ke-90: “Dan mohonlah ampun kepada Tuhanmu, kemudian bertobatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Tuhanku Maha Penyayang lagi Maha Pengasih (Maha Mencintai).” Dan dalam surat al-Buruj ayat ke-12:“Dialah Allah Yang Maha Pengampun lagi Maha Pengasih (Maha Mencintai).” Al-Wadud bermakna bahwa Allah yang Maha Mencintai makhluk-Nya dengan mengutus para nabi dan menurunkan kitab suci sebagai pedoman.

Seorang hamba yang meneladani nama Al-Wadud, harus mampu menjadi pribadi yang dapat mencintai dan dicintai. yaitu cinta yang memiliki landasan yang kokoh yaitu cinta hanya kepada Allah dan Rasul-Nya yang melebihi cintanya kepada selainnya.
Cinta kepada Allah adalah Ruh Ibadah. Semua penghambaan lahir dan batin itu berawal dari kecintaan kepada Allah semata. Kecintaan Hamba kepada Allah merupakan karunia Allah karena sifat Allah yang mulia yaitu Al-wadud. Tatkala hamba mencintai Allah maka Allah akan membalas dengan cinta yang lain yaitu dengan memberikan rahmat kepada hambanya. 

Dalam rangka menggapai cinta Allah maka ada beberapa hal yang harus dilakukan yaitu:

kita harus mencari kecintaan Allah dengan melakukan segala perintah Allah dan menjauhi larangan Allah, karena Allah mencintai orang yang mematuhi perintahnya dan Allah membenci orang yang melanggar perintah-Nya dengan bermaksiat dan berbuat kedhaliman.
kita harus mensyukuri setiap karunia yang Allah berikan baik berupa nikmat yang tampak dan langsung dapat dirasakan maupun tidak tampak yang ada pada diri kita maupun yang disekitar kita. maka Allah akan mencintaikita dan akan menambah nikmatnya kepada kita.
Memperbanyak istighfar dan Taubat kepada Allah karena Allah senang dengan taubatnya orang-orang yang bertaubat kepada-Nya dengan kesenangan yang paling agung. Allah lebih mencintai mereka yang bertaubat.maka barangsiapa yang telah dicintai oleh Allah, niscaya Allah akan menempatkannya dalam kebersamaan khusus dengan-Nya. 

Senantiasa Ridha atas segala ketentuan dan takdir yang datangnya dari Allah yang baik maupun yang buruk.

Senantiasa mencintai Al-Qur’an sebagai pedoman hidup dengan mengimaninya, membacanya, memahami isi kandungannya, mentadabburinya mengamalkan dalamkehidupan nyata.
Harus senantiasa mencintai Nabi dan keluarganya, para sahabatnya dan mencintai orang-orang yang mengikuti sunnah-sunnahnya.
Senantiasa berdo'a kepada Allah karena Allah Maha mengabulkan do'a Hambanya (Al-Mujiib) sebagaimana do'a yang diajarkan oleh Nabi yang bunyinya:
اللَّهُمَّ إِنِّى أَسْأَلُكَ حُبَّكَ وَحُبَّ مَنْ يُحِبُّكَ وَحُبَّ عَمَلٍ يُقَرِّبُ إِلَى حُبِّك 
“ Ya tuhanku, aku meminta kepada-Mu berupa kecintaan-Mu dan kecintaan orang yang mencintai-Mu serta kecintaan kepada amal perbuatan yang dapat mendekatkan diriku kepada kecintaan-Mu.” (HR. Ahmad dan At-Tirmidzi)