Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Kajian Asmaul Husna (As-Sayyid) Allah Maha Mulia

 

As-Sayyid
As-sayyid secara bahasa berarti utama, dipandang mulia, terhormat. As-sayyid juga bermakna luhur, terkenal ataupun agung.As-sayyid berarti orang yang melebihi orang lain dari segi akal, harta dan manfaat kepada orang lain. Apabila kata As-sayyid disandangkan pada Asmaul Husna maka berarti Allah adalah maha mulia yang menguasai seluruh makhuknya secara mutlak. seluruh makhluknya tunduk danpatuh pada ketentuan dan iradah dari Allah. Begitu juga seluruh kepemimpinan pada hakekatnya adalah milik Alloh. Semua mahkhluk yang ada di alam semesta ini adalah hambanya.

Asmaul Husna As-Sayyid tidak terdapat dalam Al-quran. Akan tetapi nama As-sayyid banyak dijelaskan dalam hadits Nabi Muhammad sebagaimana hadits riwayat Imam Ahmad, Imam Abu Dawud dan lainnya dari Mutharrif mengatakan bahwa Bapaknya Abdullah bin Asy Syikhkhir pernah bercerita bahwa beliau berangkat bersama utusan Bani Amir untuk menghadap Rasulullah. Para rombongan itumengatakan bahwa Rasulullah adalah sayyiduna (tuan kami). maka Rasulullah mengatakan السَّيِّدُ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى (As-Sayyid itu hanyalah Allah). Kemudian Rombongan tersebut mengatakan bahwa Rasulullah adalah yang paling utama dan yang paling besar kebaikannya diantara umatnya. Kemudian Rasulullah mengatakan bahwa seyogianya mereka mengucapkan semua atau sebagaian dari kata-kata yang wajar mereka ucapkan agar mereka tidak terseret oleh tipu daya setan. Karena pada hakikatnya As-sayyid adalah Milik Allah semata.

Akan tetapi disisi yang lain juga Nabi Muhammad menyebutkan dalam sabdanya riwayat Imam Ahmad, Imam Muslim, Imam Abu Daud, Imam Tirmidzi, dan Imam Ibnu Majah) bahwa: أنا سيد ولد آدم يوم القيامة ولا فخر yang artinya adalah "Aku (Rasulullah) adalah sayyid bagi anak Adam pada hari kiamat maka janganlah berbangga diri.

Dalam menjelaskan Hadits ini para Ulama ada yang membolehkan secara mutlak ucapan sayyid disandingkan dengan nama Nabi di dalam shalat maupun di luar waktu sholat. Namun ada sebagian ulama yang lain melarang menambahkan ucapan sayyidina disandingkan dengan nama Nabi didalam Shalat. Karena Selawat didalam shalat yang terbaik adaah sebagaimana yang dicontohkan oleh Nabi sendiri tanpa ada ucapan Sayyidina. Akan tetapi membolehkan pengucapan sayyidina disandingkan dengan nama Nabi diluar sholat.

Pengucapan istilah Sayyid kepada seain Nabi juga diperbolehkan untuk orang-orang yang mulia dimata kaumnya. Sebagaimana perkataan Umar bin Khattab kepada Abu Bakar (engkau adalah Sayyid kami) pada saat Abu Bakar membebaskan Bilal bin Rabah dari perbudakan. Karena Abu Bakar telah melakkan perbuatan yang sangat Mulia di dalam Islam.

Akan tetapi ketika penyematan kata As-sayyid kepada Alloh adalah bahwa kemulian dan kepemimpinan secara secara mutlak adalah milik Allah semata. Ibnu Qayyim Menyebutkan bahwa penyematan As-sayyid untuk Alaoh menunjukkan kepada sifat Allah secara mutlak. Allah adalah sebagai penguasa yang menguasai segala urusan baik urusan makhluknya di dunia maupun diakhirat nantinya. Semua urusan mereka dan hanya disandarkan kepada Allah. Karena hakikatnya bahwa seluruh makhluknya hanya milik Allah semata dan hanya kepada Allah juga akan kembali.