Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Pendekatan Open-Ended Pada Matematika

Pendekatan Open-Ended Pada Materi Himpunan

Matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang mempunyai peranan penting dalam kehidupan sehari – hari juga dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sebagai suatu disiplin ilmu, matematika tergolong mata pelajaran yang unik. Proses mencari kebenaran dalam matematika berbeda dengan ilmu pengetahuan lainnya. Metode mencari kebenaran dalam matematika adalah deduktif yaitu membuat kesimpulan berdasarkan hal yang bersifat umum ke hal – hal yang bersifat khusus.

Proses pembelajaran matematika menjadi salah satu bagian dari keseluruhan proses pendidikan di sekolah maupun diperguruan tinggi. Di dalam pembelajaran matematika terdapat kompetensi berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif serta kemampuan kooperatif (kerjasama). Dengan mempelajari matematika siswa diharapkan dapat memiliki kemampuan memperoleh, menganalisis, menyimpulkan dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, berkembang pesat dan kompetitif.

Baca juga: Metode Pembelajaran Inkuiri

Masalah klasik dalam pembelajaran matematika di Indonesia adalah rendahnya hasil belajar siswa serta kurangnya motivasi dan keinginan siswa terhadap pembelajaran di sekolah. Hal ini lebih banyak disebabkan karena pendekatan, metode ataupun strategi tertentu yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran matematika masih bersifat tradisional dimana guru kurang memberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan pola pikirnya sesuai dengan kemampuan dan minat masing – masing. Akibatnya kreatifitas dan kemampuan berfikir matematika siswa tidak dapat berkembang secara optimal.

Adapun proses pembelajaran yang berlangsung selama ini cenderung memperlakukan siswa sebagai objek, dimana guru mendominasi dan senantiasa menjawab dengan segera terhadap pertanyaan – pertanyaan peserta didik. Guru tidak memberi kesempatan secara luas kepada siswa untuk mengeksplorasi secara mandiri dan lebih kreatif menyelesaikan soal yang diberikan. Guru sering mengintruksi siswa untuk mengikuti cara ia menyelesaikan soal, sehingga kegiatan siswa menjadi kaku dan tidak kreatif. Hal ini terlihat dari aktifitas siswa didalam kelas yang tidak aktif. Siswa menjadi terbiasa mengikuti intruksi yang diberikan kepadanya, tanpa punya banyak cara untuk menyelesaikan permasalahan secara mandiri.

Baca juga: Metode Pembelajaran Bernasis Masalah

Dalam Undang – Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional diamanatkan perubahan paradigma pembelajaran dari “pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher-centered) menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa (student-centered)”. Guru harus mengubah perannya, tidak lagi sebagai pemegang otoritas tertinggi keilmuan dan indoktriner, melainkan menjadi fasilitator yang membimbing siswa kearah pembentukan pengetahuan oleh diri mereka sendiri. Melalui paradigma tersebut diharapkan dalam kegiatan inti proses pembelajaran harus dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi kreatifitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

Untuk mewujudkan perubahan paradigma pembelajaran tersebut, guru perlu mempersiapkan dan mengatur strategi penyampaian materi matematika kepada siswa. Selain untuk mempersiapkan pedoman bagi guru dalam penyampaian materi, hal ini juga dimaksudkan supaya setiap langkah kegiatan pencapaian kompetensi untuk siswa dapat dilakukan secara bertahap, sehingga diperoleh hasil pembelajaran matematika yang optimal. Untuk melaksanakan pembelajaran matematika seperti diatas, diperlukan kecakapan guru untuk memilih suatu model pembelajaran yang tepat, baik untuk materi ataupun situasi dan kondisi pembelajaran yang berlangsung saat itu. Sehingga pembelajaran tersebut dapat merangsang siswa untuk memperoleh kompetensi yang diharapkan. Salah satu pendekatan yang sesuai dengan tuntutan standar proses pembelajaran ini adalah pendekatan open-ended karena pendekatan open-ended dalam pembelajaran matematika dapat merangsang interaksi siswa serta mampu memancing timbulnya inspirasi serta kreatifitas siswa dalam menghadapi permasalahan yang sama dan menyelesaikannya dengan cara yang bervariasi.

Hal ini sesuai dengan pendapat Shimada yang menyatakan bahwa pendekatan open-ended adalah pendekatan pembelajaran yang menyajikan suatu permasalahan yang memiliki metode atau penyelesaian yang benar lebih dari satu, sehingga dapat memberi kesempatan kepada siswa untuk memperoleh pengetahuan / pengalaman menemukan, mengenali dan memecahkan masalah dengan beberapa teknik. Lebih lanjut Poppy menyatakan bahwa keleluasaan berpikir melalui pendekatan open-ended problem membawa siswa untuk lebih memahami suatu topik dan keterkaitannya dengan topik lainnya, baik dalam pelajaran matematika maupun dengan mata pelajaran lainnya dan dalam kehidupan sehari – hari.

Pendekatan open-ended atau yang lebih dikenal dengan Pendekatan Masalah Terbuka ( PMT ) merupakan salah satu pendekatan yang notabenenya menjadi salah satu pendekatan yang perlu diterapkan dalam proses pembelajaran. Pendekatan open-ended merupakan proses pengajaran sebagai suatu kaedah baru untuk kemampuan dan kemahiran penyelesaian masalah dikalangan pelajar.

Dengan menggunakan pendekatan open-ended diharapkan dapat meningkatkan minat belajar siswa karena pendekatan open-ended ini lebih memungkinkan siswa untuk mengembangkan pola pikirnya sesuai dengan minat dan kemampuan masing – masing. Hal ini dikarenakan pada pendekatan open-ended formulasi masalah yang digunakan adalah masalah terbuka. Masalah terbuka adalah masalah yang diformulasikan memiliki multi jawaban (banyak penyelesaian) yang benar. Selain itu, melalui pendekatan open-ended siswa dapat menemukan sesuatu yang baru dalam menyelesaikan suatu masalah, khususnya masalah yang berkaitan dengan matematika sehingga diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Untuk itu pendekatan open-ended dapat diterapkan dalam proses pembelajaran.

Berkenaan dengan masalah yang berkaitan dengan matematika, himpunan merupakan salah satu contoh materi yang sulit khususnya bagi siswa kelas VII SMPN 1. Pada umumnya kesulitan itu terdapat pada pemahaman siswa terhadap operasi pada himpunan, akibatnya siswa kurang memiliki kemampuan untuk mengenali, menyelidiki dan memecahkan masalah yang ada pada materi tersebut. Hal ini berdasarkan wawancara peneliti dengan salah satu guru pengajar matematika kelas VII di SMP tersebut yang menyatakan bahwa, masih banyak siswa yang kurang memahami pokok bahasan himpunan khususnya pemahaman siswa terhadap operasi yang terdapat pada himpunan. Sehingga hasil belajar yang diperoleh siswa diakhir pembelajaran masih kurang memuaskan, hal ini terlihat dari hasil belajar yang diperoleh siswa masih rendah pada saat diadakan evaluasi belajar pada materi tersebut dan siswa kurang senang belajar materi himpunan.