Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Kewajiban Muslim Terhadap As-Sunnah

 

Kewajiban Muslimin Terhadap As-Sunnah

Rasulullah bertugas untuk menjelaskan Al-Qur'an dan megejawantahkan Islam dengan sabda, perbuatan dan sejarah hidup seluruhnya. Baik dalam kesendiriannya dan bermasyarakat, baikketia dalam bepergian ataupun berada ditempat. Baik ketika beliau dalam kondisi terjaga ataupun tertidur dan baik daamkeadaan perang ataupun dalam keadaan damai.

Adalah kewajiban kaum muslimin untuk mengetahui metode Nabi yang rinci dengan segala karakteristiknya yang universal, komplit, berimbang dan mudah. Yang di dalamnya mengandung makna rabbaniyah yang kokoh dan budi pekerti yang mulia.

Hal ini mengaharuskan mereka mengetahui As-sunnah yang mulia ini dengan sebaiknya. Sebagaimana yang telah dilakukan oleh generasi terbaik umat ini yaitu para shahabat dan orang yang mengikuti jejakmereka dengan baik.

Krisis kaum muslimin pada masa sekarang ini adalah krisis pemikiran. Sebagai contoh yang refresentatif darikrisipemikiran ini adalah krisis pemahaman terhadap As-sunnah dan hal-hal yang berhubungan dengannya. Terlebih lagi sebagian dari aliran kebangkitan Islam yang diharapkan dan dinantikan umatini tidak sedikit dari mereka yang salah faham terhadap As-Sunnah yang mulia ini.

PERINGATAN DARI TIGA BAHAYA

Ada riwayat yang menjelaskan tentang adanya indikasi yang bakal terjadi pada ilmu kenabian dan warisan risalah yang dilakukan oleh kaum radikal, para pendusta dan orang-orang yang bodoh.

Halini terdapat dalam Hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu jarir dan Tamam dalam Al-fawaid dan Ibnu 'Adiy dan lainnya dari Rasuullah bersabda:

يَحْمِلُ هَذَا الْعِلْمَ Ilmu agama ini akan dibawa مِنْ كُلِّ خَلَفٍ عُدُولُهُ pada setiap generasi oleh orang-orang yang adil (terpercaya) dari mereka يَنْفُونَ عَنْهُ mereka akan menghilangkan/membersihkan ilmu agama dari (upaya) تَأْوِيلَ الْجَاهِلِينَ pentakwilan dari orang-orang yang bodoh
وَانْتِحَالَ الْمُبْطِلِينَkedustaan dari orang-orang yang ingin merusak (syariat Islam) وَتَحْرِيفَ الْغَالِينَ, (dan)) at-tahrîf (menyelewengkan kebenaran/merubah kebenaran dengan kebatilan) dari orang-orang yang melampaui batas, ( HR al-Baihaqi dalam a as-Sunanul Kubra)

Penyelewengan Orang yang melampaui batas yaitu penyimpangan yang dilakukan oleh orang yang berlebihan dan membabi buta dalam bertindak. Mereka tidak bersikap pertengahan, toleransi dan memudahkan dalam beragama.

Baca juga: Kedudukan Sunnah Dalam Islam

Oleh karena itu Ibnu Abbas meriwayatkan Hadits Nabi yang berbunyi:

قال لي رسول الله Rasulullah bersabda kepadaku غداة العقبة وهو على راحلته: pada padi hari ‘Aqabah (hari melempar jumrah pertama dalam rangkaian ibadah haji), dan saat itu beliau berada di atas kendaraannya "هات التقط لي. فلقطت له حصيات هن حصى الخذف، ’Kemarilah, ambilkan (kerikil) untukku’ Maka aku ambilkan untuk beliau kerikil-kerikil, dan kerikil-kerikil itu (yang aku ambil) adalah batu-batu yang digunakan untuk melempar ketapel فلما وضعتهن في يده قال: بأمثال هؤلاء. بأمثال هؤلاء.maka ketika aku letakkan di tangan beliau, beliau berkata:’Dengan (kerikil) yang seperti mereka, dengan yang seperti mereka وإياكم والغلو في الدين فإنما أهلك من كان قبلكم الغلو في الدين) dan waspadalah kalian dari sikap ghuluw dalam beragama, karena sesungguhnya yang membinasakan umat-umat sebelum kalian adalah ghuluw dalam beragama’.”(HR. An-Nasaai, Ibnu Majah dan lafazhnya milik an-Nasaai dan sanadnya shahih)

Plagiat Para Pendusta yang dilakukan oleh para pendusta dengan memasukkan ucapan-ucapan mereka dalam hadits Nabi. mereka membuat dan mencampur adukkan agama dengan rekaan mereka sendiri yang bertentangan dengan akidah dan syariat baik yang bersifat pokok maupun cabang.

Namun para tokoh umat islam dan para penghafal As-sunnah senantiasa waspada memelihara kemurnian As-sunnah dan menutup semua kemungkinan upaya plagiat. Untuk itu mereka tidak menerima satu hadits pun tanpa disertai dengan sanad, dan tanpa menjelaskan para perawi yang meriwayatkannya.

Mereka tidak akan menerima suatu hadits kecuali yang sanadnya bersambung dari perawi pertama sampai terakhir dengan kondisi mereka yang tsiqah, adil dan teliti dalam meriwayatkan Hadits.

Pentakwilan orang yang bodoh adalah pentakwilan yang mengacaukan ajaran islam, dengan merubah segala yang sudah menjadi ketetapan,mengurangi batasan, menghilangkan inti hukum dan ajarannya.

Pentakwilan dan pemahaman yang salah ini adalah sebuah kondisi orang yang bodoh terhadap agama ini. Pengetahuan mereka ngambang dan jauh dari kebenaran yang dapat meindungi mereka dari kesalahan. Mereka berpaling dari ayat yang muhkam danmengikuti ayat yang mutasyabihat semata-mata untuk menimbulkan fitnah dan mencari takwilnya sekedar untukmengikuti hawa nafsunya yang dapat menyesatkan kaum muslimin dari jalan yang benar.

Inilah yang harus diwaspadai dan berlaku hati-hati terhadapnya sehingga diperlukan adanya suatu tatanan untuk melindungi kemurnian warisan Nabi yang mulia ini.




Note:
Saduran Dari Buku: Metode Memahami Sunnah dengan benar oleh Yusuf Al-Qardhawi