Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Menolak Hadits Shahih Sama dengan Menerima Hadits Palsu

 

Menolak Hadits Shahih Sama dengan Menerima Hadits Palsu

Orang yang menolak hadits shahih adalah seperti orang yang menerima hadits palsu. Bila kita menerima hadits palsu dan mengatakannya sebagai sabda Nabi Muhammad adalah suatu perbuatan dosa yang sangat membahayakan. Demikian pula dengan menolak hadits yang shahih, baik karena dorongan hawa nafsu ,sombong ,merasa lebih tahu dari alah dan rasul-nya,berburuk sangka terhadap umat islampara pemimpin danuamaya yan hidup dalam geerasi yang baik.

Menerima hadits-hadits palsu berarti memasukkan ajaran baru terhadap agama. Menolak hadits-hadits shahih berarti mengeuarkan ajaran yang menjadi bagian-bagian dari agama. tersebut tidak diraguan lagi bahwa kedua perbuatan ini tidak dapat terima dan sangat tercela, menerima yang yang salah dan menolak yang benar.

Para pencipta hadits palsu telah menebarkan kerancuan ajaran dan berbagaiklaim. Hanya saja para ulama hadits dan penelitiannya telahmembuat bantahan atas kebohongan mereka

Al-Imam asy-syathibi berkata: “Barangkali sebagian kelompok ahli bid’ah ketika menolak beberapa hadits berargumen bahwa hadits-hadits tersebut menimbukan dugaa, sementara al-qur’an telah mengecam dugaan ini, sebagaiman firman Allah:

. . . إِن يَتَّبِعُونَ إِلَّا الظَّنَّ وَمَا تَهْوَى الْأَنفُسُ . . .

Artinya: . . . Mereka tidak lain hanyalah mengikuti sangkaan-sangkaan, dan apa yang diingini oleh hawa nafsu mereka, . . . (An-Najm: 23)

. إِن يَتَّبِعُونَ إِلَّا الظَّنَّ وَإِنَّ الظَّنَّ لَا يُغْنِي مِنَ الْحَقِّ شَيْئاً . . .

Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan sedang sesungguhnya persangkaan itu tiada berfaedah sedikitpun terhadap kebenaran (An-Najm: 28)

Dan juga ayat lain yang semakna, sehingga mereka menghalalkan segala sesuatuyang telah diharamkan Allah lewat ucapan Nabi Muhammad yang pengharamannya tidak tercantum dalam al-qur’an secara tekstual. Yang mereka inginkan dari hal ini adalah menetapkan pandangan rasio yang mereka anggap baik.

Baca juga: As-Sunnah Jadi Rujukan DalamKodifikasi dan Orientasi

Persangkaan yang dimaksud dalam ayat di atas dan juga dalam hadits adalah bukan sebagaimana yang mereka duga dengan tiga alasan berikut:

Pertama, persangkaan dalam ushuluddin (pokok-pokok agama), menurut para ulama persangkaan seperti ini tidak berguna, karena ada kemungkinan dia adalah kebaikannya menurut orang yang berprasangka, tidak sebagaimana halnyapersangkaan dalam hal-hal yang bersifat furu’ (cabang), karena menurut ahli syari’ah, persangkaan ini dapat dipergunakan karena ada dalil yang menunjukkan berlakunya. Oleh karena itu persangkaan itu pada dasarnya tercela kecuali yang berhubungan dengan hal-hal yang bersifat furu’ itu tadi dan ini memang benar sebagaimana yang dikatakan oleh para ulama.

Kedua, persangkaan di sini adalah menganggap lebih kuat salah satu dari dua hal yang saling bertentangan tanpa ada dalil yang menguatkannya. Tidak diragukan lagi bahwa persangkaan seperti ini juga tercela karena dianggap sebagai perbuatan sewenang-wenang. Oleh karena itu dalamayat di atas, persangkaan itu diikuti dengan keinginan hawa nafsu sebagaimana yang Allah jelaskan dalam surat an-Najm ayat yang ke-23 di atas.

Mereka seakan-akan cenderung kepada suatu hal sekedar untuk memenuhi keinginan hawa nafsu belaka, lantaran itu tercela, tidak sebagaimana persangkaan yang mempunyai dalil, maka hal itu tidak tercela pada umumnya. Karena sikap tersebut keuar dari sikap mengikuti hawa nafsu, karenanya dapat dijadikan sandaran dalam perbuatan, sebagaimana hal-hal yang bersifat furu’.

Ketiga, persangkaan ituada dua macam: yang pertama adalah persangkaan yang bersandar pada pokok yang pasti, dan ini adalah persangkaan yang dapat dipergunakan dalam syariah dimana saja terjadinya. Karena ia bersandar pada pokok yang telah diketahui. Ia juga termasuk kedalam katagori yang sudah diketahui jenisnya. Yang kedua adalah persangkaan yang tidak bersandar kepada suatu yang pasti tetapi bersandar pada yang bukan pokok dan ini adalah persangkaan yang tercela sebagaimana telah disebutkan tadi atau bersandar pada persangkaan yang serupa. Persangkaan ini bila juga bersandar pada hal pasti sepertiyang pertama atau tidak bersandar pada apapun itu adalah tersela. Maka khabar sesorang yang shahih sanadnya, tidak boeh tidak dia harus bersandar pada poko yang pasti dalam syariah maka ia wajib diterima. Dari sini khabar tersebut mutlak kita terima. Sebagaiman persangkaan orang kafir tidak bersandar pada apapun harus ditolak dan tidak boleh dianggap.jawaban ini terdapat dapat dalam kitab al-muwafaqat.

Baca juga: Kedudukan Sunnah dalam Islam

Sebagian orang sesat sedemikian radikalnya dalam menoak hadits. Mereka menyanggah orang yang bersandar padanya sehingga mereka menganggap menggunakan hadits tersebut bertentangan dengan akal dan orang yang mengamalkannya dianggapsebagai orang yang gila.

Abu Bakar Ibnu al-‘Arabi bercerita tentang sebagian orang yang tidak mengakui perihal melihat tuhan yang dijumpainya di daerah timur. Dikatakan kepadanya: apakah kafir orang yang berpendapat bahwa orang dapat melihat Tuhan?. Ia menjawab: “tidak, karena ia mengatakan sesuatu yang tidak rasional, dan siapa saja yang mengatakan sesuatu yang tidak rasional maka tidak kafir. Ibnu al-Arabi berkata: “inilah kedudukan kami menurut mereka !. hendaknya orang mengambil pelajaran dari perbuatan yang hanya mengikuti keinginan nafsu ini. Semoga Allah memberikan perlindungan kepada kita”.

Imam ibnu Quthaibah daam bukunya Ta’wilu Mukhtalafi al-hadits menyebutkan banyak keraguan yang bersifat globaldan parsial yang ditimbulkan oleh musuh-musuh as-sunnah. Keraguan tersebut telah dibantahnya dengan tegas.

Pada masa sekarang ini muncul lagi musuh-musuh as-sunnah yang baru. Sebagianmereka berasal dari luar agama islam seperti para misionaris dan orientalis.sebagiannya lagi berasal dari kalangan kita sendiri yaitu orang yang berguru kepada misionaris dan orientalis dan mereka terpengaruh secara langsung ataupun tidak langsung.

Para ahli hadits telah menggunakan persenjataan musuh-musuh lama dan ditambahkannya pula persenjataan baru yang sesuai dengan kebudayaan masakini.para musuh sekarang ini datang menghantam as-sunnah dengan segala cara.mereka menyerang buku-buku as-sunnah, orangnya dan metodeloginya. Usha mereka ini mendapat dukungan dari berbagai yayasan dan lembaga potensial. Akan tetapi Allah menjaga kemurnian dan kelestarian as-sunnah ini dengan para pakarnya yang senantiasa membantah keraguan yang mereka ciptakan dengan argumentasi yang kuat.

Di antara ulama yang berjasa membela as-sunnah tersebut adalah ahli fikih, juru dakwah dan seorang mujahid, syekh Mustafa as-Siba’i dalam bukunya As-sunnah wa makanatuha fi tasyri’i al-Islami. semogaAllah melimpahkan fahala yang memberatkan timbangan kebaikannya di akhirat nantinya serta meninggikan derajatnya.

Hanya saja yang menjadi perhatian di sini adalah menolah as-sunnah dan hadits yangshahih berdasarkan salah faham yang terjadi pada seseorang yang bukan ahlihadits yang menunjukkan perlunya bersikap waspada , hati-hatidan teliti dalam memahami sunnah dan kembai kepada sumbernya yang asli dan orang yang pakar dibidangnya.



Note:
Kutipan dari Buku: Metode Memahami Sunnah dengan Benar karangan Yusuf Al-Qardhawi