Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Etika Berkomunikasi Dalam Islam

Etika Berkomunikasi Dalam Islam

Dalam islam diajarkan tentang etika bertutur kata atau komuniksi dengan orang lain. ucapan seseorang itu menjadi tolok ukur keluhuran budinya. setiap tutur kata kita juga harus mampu kita pertanggunga jawabkan dihadapan Allah di hari kiamat nantinya. Oleh karena itu Rasulullah memberikan warning kepada setiap muslim agar bertutur kata yang baik atau diam saja. tidak ada pilihan yang lain.

Pada zaman ini begitu pepentingnya membangun pendidikan karakter, di mana itu bisa dimulai melalui etika berkomunikasi dalam keluarga oleh orang tua, dan melalui lembaga pendidikan oleh guru. Orang tua atau guru yg menerapkan gaya bicara keras ketika berkomunikasi dengan anak, kemungkinan besar membentuk karakter anak menjadi keras. Begitupun sebaliknya, kalau menerapkan komunikasi lemah lembut.

Alquran sendiri dalam mensifatkan al-Qoul (gaya bertutur kata). Allah memerintahkan kita untuk menerapkan enam macam prinsip berkomunikasi sebagai berikut:

1. Qoulan Sadīdā (QS. Al-Nisa: 9, Al-Azhab: 70).

Imam Al-Qurthubi mengartikan Sadād: benar dan adil. Dalam menyampaikan informasi, hendaklah yang subtansinya benar dan telah valid, bukan informasi hoax atau masih simpang siur kebenarannya. Juga etika dalam memutuskan pendapat dan menyampaikan nasehat, hendaklah disampaikan secara adil dan semata untuk mencari keridhaan Allah.

2. Qoulan Karīmā (Al-Isra: 23)

Perkataan yang mulia, dibarengi rasa hormat, enak didengar, lemah lembut dan bertata krama. "Qaulan karima" adalah ungkapan harus digunakan saat berbica dengan orang yang lebih tua dan diseganai, terutama saat berkomunikasi dengan kedua orang tua dan orang yang sangat berjasa dengan kita seperti guru dan lainnya.

3. Qoulan Balīghā (Al-Nisa: 63)

Kalimat yang efektif, tidak bertele-tele dan tepat sasaran. Agar komunikasi tepat sasaran, gaya bicara dan pesan yang disampaikan hendaklah disesuaikan dengan kadar intelektualitas pendengar dan menggunakan bahasa yang dimengerti.

4. Qoulan Layyinā (QS. Thāhā ayat 44)

Sikap bijaksana dalam berdakwah yang antara lain ditandai dengan ucapan-ucapan sopan yang tidak menyakitkan hati sasaran dakwah. Karena Fir’aun saja, yang demikian durhaka, Allah perintah Nabi Musa dan Nabi Harun untuk menghadapinya dengan lemah lembut.

5. Qoulan Ma'rūfā (QS. Al-Baqarah 235, Al-Nisa ayat 5 dan 8, Al-Ahzab ayat 32)

Yaitu kalimat-kalimat yang sesuai dengan 'urf (norma-norma masyarakat). Dalam masyarakat Jawa dan Sasak misalnya, terdapat tingkatan kehalusan bahasa, yang perlu diperhatikan sesuai dengan martabat orang yg kita lawan bicara.

Ma'rûf juga berarti tidak bertentangan dengan nilai-nilai syariat dan hati nurani.

6. Qoulan Maysūrā (Al-Isra ayat 28)

Artinya perkataan yang mudah dicerna, dimengerti, dan dipahami. pengertian yang lain adalah sebuah ungkapan yang menyenangkan, memberikan motivasi atau berisi hal-hal yang menggembirakan dalam kehidupan.