Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Tokoh Berpengaruh Dalam Gerakan PUSA (bagian 1)

     

Tokoh Berpengaruh Dalam Gerakan PUSA (bagian 1)


Ada beberapa riwayat tokoh yang dianggap berpengaruh besar terhadap organisasi PUSA sehingga organisasi ini dianggap sebagai salah satu kebangkitan untuk Rakyat Aceh di Abad 20 baik dalam kondisi sosial-politik, agama, ekonomi dan pendidikan masyarakat ketika itu.

Ada beberapa tokoh yang sangat berperan dalam pendirian PUSA adalah sebagai Berikut:

Teungku Abdurrahman Meunasah Meucap

Teungku Abdurrahman Meunasah Meucap lahir di kampung Meunasah Meucap, Matang Glumpang Dua Kecamatan Peusangan, Kabupaten Bireuen. Tahun kelahirannya tidak diketahui secara pasti, namun diperkirakan lahir sekitar tahun 1897 M.[1] Ayahnya bernama Teungku Imeuem Muhammad Hanafiah yang merupakan seorang guru agama yang setiap malam dirumahnya selalu diadakan pengajian al-Qur’an untuk anak-anak.

Baca juga: Faktor Pendorong Lahirnya PUSA

Abdurrahman Meunasah Meucap meninggalkan kampung halaman pada umur lima belas tahun. Beliau berangkat ke Ulee Ceue Samalanga Kabupaten Bireuen. Tujuan Beliau berangkat adalah untuk belajar agama Islam di Ulee Ceue Samalanga. Beliau belajar disana selama kurang leih dua tahun. Kemudian beliau melanjutkan belajar ke Peudada Pada tahun 1915. Di sana beliau belajar dengan Teungku Raden Peudada selama satu tahun. Pada tahun 1916 pindah lagi belajar ke Cot Meurak Bireun. Beliau pindah ke Cot Meurak untuk belajar pada Teungku Haji Muhammad Amin. Di Cot Meurak inilah teungku Abdurrahman meunasah Meucap belajar sangat tekun dan rajin. Di siniah beliau belajar relatif lama yaitu sampai 13 tahun lamanya.[2]

Setelah menimba ilmu agama pada beberapa dayah di Aceh, Abdurrahman masih ingin memperdalam ilmu dalam bidang ilmu falak. Beliau hijrah ke Langkat Sumatra Utara seorang ulama besar yang mahir dalam bidang ilmu falak yaitu Syeikh Hasan Ma’shum dan Syeh Usman.[3] Teungku Abdurrahman membuka sebuah Dayah di kampung kelahirannya Meunasah Meucap dalam tahun 1926. Abdurrahman memiliki pengetahuan yang luas tentang agama, maka dayah ini dikunjungi oleh banyak murid yang ingin menimba ilmu daripadanya. Karena kepopulerannya dalam keilmuan Islam beliau menjadi tokoh yang disegani pada saat itu. Banyak santri yang datang dari berbagai daerah di Aceh untuk belajar pada beliau. Sehingga kampung beliau menjadi ramai dengan murid-murid yang datang belajar ke Dayah tersebut di Meunasah Meucap. Sehingga beliau populer dengan sebutan Teungku Abdurrahman Meunasah Meucap atau Teungku Meunasah Meucap. Karena beliau mengajar dikampung tersebut sehingga Nama beliau dinisbahkan dengan nama kampungnya.

Baca juga: Pendidikan Aceh Masa Penjajahan 

Pada tanggal 14 November 1929 M beliau mendirikan Madrasah Al-Muslim Peusangan (cikal bakal Univ. Almuslim dan STAI Almuslim sekarang) yang dibantu oleh Uleebalang Peusangan Teuku Muhammad Djohan Alamsyah. Madrasah ini memiliki fasilitas dan sistem pendidikan/belajar madrasah-madrasah yang ada di Sumatera Barat. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Shabri bahwa Tgk. Abdurrahman sebelum mendirikan madrasah dan fasilitasnya pergi ke sumatera Barat untuk meninjau perkembangan sistem pendidikan disana yang sudah lebih maju, seperti sumatera thawalib, diniyah putri kayu tanam, Islamic College Bukittinggi, dan Kulliyatul Mubalighin Padang.[4]

Peranannya dalam PUSA sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa beliau adalah inisiator berdirinya PUSA bersama dengan Teungku Ismail Yacob dan teungku Muhammad Daud Beureueh. Pada mulanya tujuan pembentukan PUSA antara lain: menyiar, menegakkan dan mempertahankan Islam yang suci di bumi Aceh. Berusaha mempersatukan paham ulama-ulama Aceh, menerangkan hukum-hukum, dan berusaha memperbaiki serta mempersatukan kurikulumm sekolah-sekolah diseluruh Aceh.[5] PUSA telah berhasil memperjuangkan Mahkamah Agama (Syukyo Hooin) pada masa Jepang di Aceh dan setelah Jepang angkat kaki di Indonesia, Mahkamah Agama menjadi Dewan Agama Islam yang diketuai oleh Tgk. Abdurrahman.

Baca juga: Metode Penafsiran Al-Qur'an

Pada saat pembentukan Provinsi Sumatera Utara pertama kali dan pejabat Agama berubah strukturnya, Teungku Abdurrahman dicalonkan menjadi kepala bagian tata hukum pada Jabatan Agama Sumatera Utara, namun ia dalam keadaan sakit dan beristirahat di Takengon. Sakitnya ternyata tidak sembuh-sembuh hingga ia meninggal dunia pada tanggal 24 Maret 1949, dan dimakamkan dibelakang Gedung Madrasah al-Muslim (Universitas Almuslim sekarang).[6]


Referensi:

[1] A. Hasjmy, Ulama Aceh, Mujahid Pejuang Kemerdekaan dan Pembangun Tamadun Bangsa, cet. I, (Banda Aceh: Bulan Bintang, 1997), h. 73.
[2] A. Hasjmy, Ulama Aceh, Mujahid Pejuang Kemerdekaan dan Pembangun Tamadun Bangsa, cet. I, (Banda Aceh: Bulan Bintang, 1997), h. 74-76.
[3] A. Hasjmy, Ulama Aceh, Mujahid Pejuang Kemerdekaan dan Pembangun Tamadun Bangsa, cet. I, (Banda Aceh: Bulan Bintang, 1997), h. 78
[4] A. Hasjmy, Ulama Aceh, Mujahid Pejuang Kemerdekaan dan Pembangun Tamadun Bangsa, cet. I, (Banda Aceh: Bulan Bintang, 1997), h. 81-82.
[5] A. Hasjmy, Ulama Aceh, Mujahid Pejuang Kemerdekaan dan Pembangun Tamadun Bangsa, cet. I, (Banda Aceh: Bulan Bintang, 1997), h. 86.
[6] A. Hasjmy, Ulama Aceh, Mujahid Pejuang Kemerdekaan dan Pembangun Tamadun Bangsa, cet. I, (Banda Aceh: Bulan Bintang, 1997), h. 89.